- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
5 Kesalahan Orangtua Saat Melatih Anak Toilet Training
Eny Kartikawati - wolipop
Jakarta - Ketika anak memasuki usia dua tahun, orangtua mulai mengajarkan mereka untuk buang air kecil atau besar di toilet. Saat proses belajar ini berlangsung, jangan sampai Anda melakukan kesalahan-kesalahan berikut yang justru bisa membuat anak semakin malas untuk toilet training.
Toilet training, begitu istilah populer untuk melatih si kecil buang air kecil atau besar di kamar mandi. Beberapa anak menunjukkan keinginannya untuk belajar BAB dan BAK di kamar mandi saat usia dua tahun. Ada juga anak yang belum mau melakukannya meski usia mereka sudah 2,5 tahun atau lebih.
Kapan waktu yang tepat untuk mengajari anak toilet training? Sebenarnya orangtua tidak perlu buru-buru melakukannya, kalau anak memang terlihat belum siap. Wolipop pernah menuliskan di sini, hal-hal apa saja yang perlu diketahui orangtua untuk melihat kesiapan anak.
Jika dari pengamatan Anda anak sudah siap melakukan toilet training, hindari beberapa kesalahan yang umum dilakukan orangtua berikut ini, seperti dipaparkan Baby Center:
1. Terlalu Dini
Sebaiknya jangan mengajari si kecil melakukan toilet training jika memang dia belum siap. Kalau anak diajari terlalu dini, kemungkinan proses belajar itu akan selesai lebih lama. Seperti sudah dijelaskan di atas, tidak ada yang tahu di usia berapa tepatnya anak mulai diajari BAB dan BAK di toilet, semuanya tergantung dari perkembangan anak. Namun sebagian besar balita memiliki kemampuan untuk mempelajari hal tersebut di usia 18 dan 24 bulan. Ada juga beberapa balita yang belum siap sampai usianya tiga atau empat tahun. Jadi sebenarnya orangtualah yang tahu kapan waktu paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya.
Ketika proses belajar toilet training ini sudah dimulai biasanya butuh waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena itu Anda harus banyak bersabar dan tetap mendukung anak melaluinya. Kalau ternyata proses belajar ini tidak sukses setelah beberapa minggu dijalankan, bisa jadi anak memang belum siap. Tunggu beberapa minggu dan coba lagi dari awal.
2. Memulai di Waktu yang Salah
Bukan ide yang baik jika Anda mulai mengajari anak untuk toilet training ketika ternyata dia akan memiliki adik dalam waktu dekat. Waktu lainnya yang tidak tepat misalnya ketika anak berganti pengasuh atau masa-masa peralihan lain dalam hidupnya.
Yang Anda harus selalu ingat, balita sangat perlu rutinitas agar dia bisa memahami apa yang sedang diajarkan padanya. Sehingga perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran untuknya. Jadi sebaiknya tunggu hingga situasi memungkinkan, misalnya ketika si bungsu sudah lahir atau baby sitter baru sudah datang, baru mulai mengajarinya toilet training.
3. Membuatnya Menjadi Beban
Ketika anak sudah menunjukkan ketertarikannya untuk buang air kecil atau besar di kamar mandi, itu tentu sangat baik. Namun sebaiknya Anda jangan terlalu mendorong atau menekannya untuk terus melakukan langkah tersebut. Hindari juga memaksa anak untuk belajar dengan cepat. Kalau anak tertekan, dia bisa jadi sulit BAB atau mengalami masalah lainnya.
Berikan anak waktu dan biarkan dia menjalani proses belajar tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar setahap demi setahap, misalnya awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi berbeda ketika ingin BAB atau BAK, tahap berikutnya, anak mengungkapkan keinginannya, tahap lanjutan si kecil mengajak Anda ke kamar mandi, dan seterusnya.
4. Mengikuti Aturan Orang Lain
Melatih anak untuk BAB atau BAK di toilet butuh kesabaran dan waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit apalagi jika Anda mendengarkan omongan orang lain seperti ibu Anda, mertua, atau orang lain yang lebih senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka menasihati Anda agar mempercepat proses belajar toilet training atau memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau BAK di kamar mandi, sebaiknya jangan terpengaruh. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, jika ternyata anak belum siap, proses toilet training ini malah bisa berlangsung lebih lama.
5. Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah dan bisa membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi untuk BAK.
(eny/eny)
Toilet training, begitu istilah populer untuk melatih si kecil buang air kecil atau besar di kamar mandi. Beberapa anak menunjukkan keinginannya untuk belajar BAB dan BAK di kamar mandi saat usia dua tahun. Ada juga anak yang belum mau melakukannya meski usia mereka sudah 2,5 tahun atau lebih.
Kapan waktu yang tepat untuk mengajari anak toilet training? Sebenarnya orangtua tidak perlu buru-buru melakukannya, kalau anak memang terlihat belum siap. Wolipop pernah menuliskan di sini, hal-hal apa saja yang perlu diketahui orangtua untuk melihat kesiapan anak.
Jika dari pengamatan Anda anak sudah siap melakukan toilet training, hindari beberapa kesalahan yang umum dilakukan orangtua berikut ini, seperti dipaparkan Baby Center:
1. Terlalu Dini
Sebaiknya jangan mengajari si kecil melakukan toilet training jika memang dia belum siap. Kalau anak diajari terlalu dini, kemungkinan proses belajar itu akan selesai lebih lama. Seperti sudah dijelaskan di atas, tidak ada yang tahu di usia berapa tepatnya anak mulai diajari BAB dan BAK di toilet, semuanya tergantung dari perkembangan anak. Namun sebagian besar balita memiliki kemampuan untuk mempelajari hal tersebut di usia 18 dan 24 bulan. Ada juga beberapa balita yang belum siap sampai usianya tiga atau empat tahun. Jadi sebenarnya orangtualah yang tahu kapan waktu paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya.
Ketika proses belajar toilet training ini sudah dimulai biasanya butuh waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena itu Anda harus banyak bersabar dan tetap mendukung anak melaluinya. Kalau ternyata proses belajar ini tidak sukses setelah beberapa minggu dijalankan, bisa jadi anak memang belum siap. Tunggu beberapa minggu dan coba lagi dari awal.
2. Memulai di Waktu yang Salah
Bukan ide yang baik jika Anda mulai mengajari anak untuk toilet training ketika ternyata dia akan memiliki adik dalam waktu dekat. Waktu lainnya yang tidak tepat misalnya ketika anak berganti pengasuh atau masa-masa peralihan lain dalam hidupnya.
Yang Anda harus selalu ingat, balita sangat perlu rutinitas agar dia bisa memahami apa yang sedang diajarkan padanya. Sehingga perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran untuknya. Jadi sebaiknya tunggu hingga situasi memungkinkan, misalnya ketika si bungsu sudah lahir atau baby sitter baru sudah datang, baru mulai mengajarinya toilet training.
3. Membuatnya Menjadi Beban
Ketika anak sudah menunjukkan ketertarikannya untuk buang air kecil atau besar di kamar mandi, itu tentu sangat baik. Namun sebaiknya Anda jangan terlalu mendorong atau menekannya untuk terus melakukan langkah tersebut. Hindari juga memaksa anak untuk belajar dengan cepat. Kalau anak tertekan, dia bisa jadi sulit BAB atau mengalami masalah lainnya.
Berikan anak waktu dan biarkan dia menjalani proses belajar tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar setahap demi setahap, misalnya awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi berbeda ketika ingin BAB atau BAK, tahap berikutnya, anak mengungkapkan keinginannya, tahap lanjutan si kecil mengajak Anda ke kamar mandi, dan seterusnya.
4. Mengikuti Aturan Orang Lain
Melatih anak untuk BAB atau BAK di toilet butuh kesabaran dan waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit apalagi jika Anda mendengarkan omongan orang lain seperti ibu Anda, mertua, atau orang lain yang lebih senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka menasihati Anda agar mempercepat proses belajar toilet training atau memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau BAK di kamar mandi, sebaiknya jangan terpengaruh. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, jika ternyata anak belum siap, proses toilet training ini malah bisa berlangsung lebih lama.
5. Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah dan bisa membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi untuk BAK.
(eny/eny)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar